Pendidikan Matematika Realistik adalah sebuah teori yang spesifik untuk pendidikan matematika. Teori ini ditemukn oleh orang Belanda yang bernama Fredeunthal dalam rangka untuk memperbaiki pembelajaran matematika. Fredeunthal menyatakan bahwa supaya matematika menjadi bagian dari sebuah nilai manusi maka matematika harus dihubungkan dengan kenyataan, yang berdekatan dengan siswa dan juga harus relevan dengan masyarakat, beliau juga menambahkan bahwa penggunaan realistik konteks juga menjadi salah satu yang menentukan karakteristik dari pendekatan matematika. Dalam PMR, siswa akan diajarkan matematika dengan mengembangkan dan mengaplikasikan konsep matematika dan alatnya ke dalam situasi masalah kehidupan sehari-hari yang dapat bermakna bagi mereka.
Deskripsi dari penggunaan model batang yang didaktis berdasarkan perkembangan karya yang dimuat dalam proyek Matematika Konteks, proyek yang diarahkan pada kurikulum matematika untuk sekolah menengah di U.S. Proyek ini dibiayai oleh National Science Foundation dan dilaksanakan oleh Center for Research in Mathematical Science Education di Univercity of Wiconsin-Madison, dan the Fredeunthal Institute of Utrecht Univercity. Desain kurikulum menggambarkan isi matematika dan metode pembelajaran yang dianjurkan oleh Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics (NCTM, 1998). Ini artinya filsafat dari kurikulum dan perkembangannya berdasarkan pada kepercayaan bahwa matematika seperti kumpulan ilmu lain, adalah produk penemuan baru dari manusia dan aktivitas sosial. Filsafat mempunyai banyak keadaan yang biasa dengan PMR. Itu adalah kepercayaan Fredeunthal bahwa struktur matematika bukan merupakan sebuah perbaikan data, tetapi mereka muncul dari kenyataan dan secara berkesinambungan meluas dalam proses pembelajaran individu dan kelompok. Dengan kata lain dalam PMR siswa adalah anggota aktif dalam proses pembelajaran yang menempatkan konteks sosial di kelas.
Salah satu konsep dasar dari PMR adalah pemikiran dari Freudenthal bahwa matematika merupakan sebagai sebuah aktivitas manusia. Menurut beliau, matematika bukanlah pokok dari pengetahuan matematika, tetapi merupakan sebuah aktivitas pemecahan masalah dan mencari masalah, dan lebih umumnya aktivitas dari mengorganisasikan persoalan dari kenyataan atau persoalan matematika yang beliau namakan ‘matematisasi’(Fredeunthal, 1968). Dengan sangat jelas beliau memperjelas bahwa matematika adalah: “Tidak ada matematika tanpa matematisasi”.
Aktivitas ini berdasarkan interpretasi dari matematika yang juga mempunyai konsekuensi penting untuk bagaimana pendidikan matematika itu terkonseptualisasi. Lebih tepatnya, ini mempengaruhi kedua tujuan yaitu pendidikan matematika dan metode pengajaran. Menurut Freudenthal, matematika bisa dipelajari dengan melakukan dan mematematisasikan inti dari tujuan pendidikan matematika.
Meskipun Fredeunthal dalam tulisan awalnya tidak diragukan berkenaan dengan matematisasi, dan beliau membuatnya jelas bahwa beliau tidak ingin membatasi matematisasi pada sebuah aktivitas level rendah, dimana diaplikasikan untuk mengorganisasikan persoalan selain matematika dalam sebuah cara matematika, fokus utama dari Freudenthal adalah mematematisasikan kenyataan dalam arti umum dari dunia luar.